TSdpTfMlBSziGpd7GSM9GpA7Td==

Menggagas Transformasi K3 Berbasis Teknologi: Pengalaman Saya Mengisi Webinar “Peran Teknologi IoT dalam K3”

Menggagas Transformasi K3 Berbasis Teknologi: Pengalaman Saya Mengisi Webinar “Peran Teknologi IoT dalam K3”

 Menggagas Transformasi K3 Berbasis Teknologi: Pengalaman Saya Mengisi Webinar “Peran Teknologi IoT dalam K3”

Pada Jumat malam, 10 Oktober 2025, saya mendapat kehormatan menjadi narasumber utama dalam webinar gratis bertajuk “Peran Teknologi Internet of Things (IoT) dalam K3” yang diselenggarakan oleh PT Inovasi Mataraman Indonesia. Acara daring yang berlangsung pukul 19.00–21.00 WIB ini diikuti oleh praktisi dan profesional K3 dari berbagai sektor—manufaktur, pertambangan, konstruksi, hingga transportasi.

Sebagai pembicara, saya memaparkan bagaimana platform dan perangkat IoT berpotensi memperkuat sistem manajemen K3 melalui tiga pilar utama: pemantauan kondisi lingkungan kerja, pemantauan kondisi fisiologis pekerja, dan deteksi dini insiden seperti kebocoran gas atau awal kebakaran. Saya menekankan bahwa integrasi antara sensor, wearable, dan analitik data membuka peluang untuk tindakan mitigasi yang lebih cepat dan kebijakan berbasis bukti.

Contoh aplikasi nyata yang saya bagikan meliputi penggunaan sensor kualitas udara dan gas di area produksi, monitoring kebisingan pada lini kerja, sistem pelacakan lokasi pekerja untuk area berisiko, serta wearable yang memantau tanda vital untuk mendeteksi kelelahan atau gangguan kesehatan dini. Studi kasus yang saya sajikan menunjukkan bagaimana kombinasi data real‑time dan notifikasi otomatis mampu menurunkan frekuensi insiden dan mempercepat respons darurat.

Namun, saya juga mengajak peserta untuk bersikap realistis terhadap tantangan: biaya investasi dan biaya pemeliharaan perangkat, kebutuhan kapasitas TI internal, serta aspek tata kelola data dan privasi pekerja yang harus diakomodasi dalam kebijakan perusahaan. Tanpa kebijakan yang jelas—termasuk enkripsi data, akses terkontrol, dan perjanjian penggunaan—implementasi IoT berisiko menimbulkan masalah etika dan hukum.

Sesi tanya‑jawab berlangsung hangat. Peserta menanyakan model bisnis implementasi (CAPEX vs OPEX), skema pemeliharaan perangkat, interoperabilitas platform, serta langkah mitigasi risiko siber yang praktis untuk proyek lapangan. Diskusi ini memperkaya perspektif praktik sehingga peserta bisa merencanakan adopsi bertahap sesuai kapasitas organisasi.

Sebagai bagian dari fasilitasi pembelajaran, panitia menyediakan e‑sertifikat, bahan materi dalam bentuk softfile, rekaman sesi, dan akses ke e‑course. Saya mendorong organisasi untuk memulai pilot sederhana—mis. satu sensor kualitas udara pada area kritikal—sebagai langkah validasi manfaat sebelum skala yang lebih besar.

Menggagas Transformasi K3 Berbasis Teknologi: Pengalaman Saya Mengisi Webinar “Peran Teknologi IoT dalam K3”

Penutup

Webinar ini menegaskan satu hal: IoT bukan sekadar teknologi, melainkan enabler bagi sistem K3 yang lebih responsif dan berbasis bukti. Dengan perencanaan yang matang—meliputi aspek teknis, SDM, dan tata kelola data—organisasi bisa memetik manfaat signifikan tanpa mengorbankan privasi dan etika.

Terima kasih kepada PT Inovasi Mataraman Indonesia atas undangannya, dan kepada semua peserta atas diskusi aktifnya. Saya siap berdiskusi lebih lanjut jika organisasi Anda membutuhkan pendampingan desain pilot IoT untuk K3 atau konsultasi tata kelola data.


Publikasi mengenai kegiatan ini juga telah tayang di portal berita Alif MH - Info

0 Comments